Small Pencil

Priceless Gift: Smiles and God

        Mau tau apa yang buat aku tetap ada di dunia ini? SENYUM dan TUHAN. Depresi atau apapun namanya mungkin bisa dideskripsikan dalam hidupku (baca posting: a poem, a move, a needing). Tidak tanggung-tanggung, pisau sering jadi mainan terindah di pojokan kamar. Kalau semua orang berpikir seni gambar yang aku miliki itu lumayan, tapi yang terhebat itu goresan di tangan. Apa bedanya?

Goresan ditangan lebih berwarna. Merah. Murni tanpa campuran apapun. Keluar dari dalam tubuh. Rasa sakit? TIDAK! Apa itu bodoh? IYA! Tapi itu hebat. Kalau mencubit anak-anak kecil saja mereka menangis, tapi menggores tangan itu seperti aspirine. Atau obat penenang. Itu semua salah.

SENYUM membangun kepercayaan diriku.
SENYUM yang buat aku bangkit.
SENYUM yang buat segala masalah dalam, terangkat jadi dangkal.
SENYUM yang meski segaris tapi artinya lebih abstrak dari sebuah lingkaran.

Tapi dimana TUHAN yang disebut tadi? Apa Dia hanya tameng untuk membuat diriku dianggap rohaniwan? TIDAK! Dia nyata membentuk aku. Dia beri aku hidup, setidaknya walau aku tau aku akan kembali padaNya, Dia menyuapiku dengan makna. Bagaimana dan untuk apa aku bertahan.

Aku si pengeluh? Benar.
Aku si peminta? Benar.
Aku tidak pernah puas? Benar
Dia yang tersabar? YA. Aku suarakan dengan lantang untuk meyakinkan, YA, itu benar.

     Lantas, apa andilnya TUHAN dalam panjangnya umurku? Dialah yang buat aku tau, dunia ini luas, dunia ini beragam isinya. Aku selalu meminta lebih, tapi Dia belum menjawab. Bukan tidak mau memberi, tapi Dia memberiku cermin, untuk melihat refleksian diriku, bagaimana tampaknya aku. Lalu Dia menghadapkan kepalaku kepada orang-orang yang jauh kurang beruntung dari aku. Aku bersyukur. Tapi hanya sementara.

       Aku kembali mempertanyakan keberadaanNya. Dunia itu berputar. Ketika aku sadar arti hidup, bumi berotasi kembali ke bawah, tepat dimana aku di posisi derajat 90. Dan keadaan memaksaku untuk berbohong. Berbohong kalau aku sudah mengerti arti hidup. Aku menangis, berteriak meronta untuk Dia mengembalikanku di atas. Tepat dimana aku tertawa lepas tanpa tau kalau Dia perhatikan gerak-gerikku.

      Apa jawaban persungutanku? Tidak ada. Aku tetap dibawah. Tempat dimana aku siap bermain kembali dengan pisauku. Tingkahku dimata-matai. Perbuatanku dilihatNya. Lantas apa yang Dia perbuat? Bahkan aku tidak pernah melihatnya. Bagaimana dia mencegahku mengakhiri hidupku?

Dia membuat keramaian, orang berlalu-lalang di hadapanku. Tetap saja tidak membuatku berhenti berpikir kalau semua harus berakhir. TUHAN, dimana Dia? Aku bertanya kepada diriku, dimana Dia yang mampu beri kemauanku? Nyatanya tidak kunjung datang keinginanku, bahkan terkabul pun belum pantas diucapkan. Tapi dari kerimunan orang, beberapa datang. Mengangkat kepalaku dan bertanya kenapa aku. Aku hanya bisa diam. Tidak cukup pantas aku utarakan perasaanku kepada orang-orang itu. Aku hanya meneteskan air mata. Mereka memelukku. Erat tapi hangat.

    Sebentar waktu mereka memelukku. Melepaskan eratan itu. Aku berpikir TUHAN kembali tak adil. Aku harus dibiarkan kembali jatuh sendirian. Tapi aku tidak peka. Aku kurang sensitive. Mereka melepaskan pelukan itu tapi tetap memegang bahuku. Merekalah keluargaku, sahabatku, teman-temanku. Dan apa yang mereka lakukan kalau hanya memegang bahuku? Aku belum puas. Aku belum tenang. TUHAN menunjuk mereka, membisikkan mereka untuk membuatku tersimpul kaku ketika mereka berkata kalau mereka ada untukku. Hadiah penutupnya bahkan lebih indah, mereka SENYUM untukku. Aku benar-benar tidak bisa bergerak. Aku salah. Aku salah menyalahkan TUHAN.

Baru sekarang aku sadar. TUHAN bukan tidak mau mengabulkan keinginanku. TUHAN bukan pilih kasih terhadapku. Ternyata Dia memberiku hadiah indah. Hadiah yang tidak ada bentuknya dan tidak pernah aku pegang, namun aku rasakan itu. SENYUM dan TUHAN. Dua hadiah yang indah di dunia. Yang kupunya walau aku di bawah. Walau aku tau aku sulit untuk ke atas, tapi dua hadiah itu yang membuatku bertahan.

         TUHAN, terima kasih karena Kau baik, Kau beriku hadiah meski aku baru sadar kalau Kau adalah hadiah utamanya. Hadiah yang Kau berikan untuk kunikmati, dan ku resapi kalau SENYUM di sekitarku, lebih berharga dibanding apapun. Terima kasih, TUHAN.

9 komentar:

  1. One thing son: God is in every heart human being and never leaves us! i'll give my best smile to my wonderful son like you :)

    BalasHapus
  2. Maria: thank maria, u r my best reader, have u ever think if i'm being a writer now? ;)

    Mom: hahaha i agree with u, God is always in my heart although i've ever not believe God when i'm down ;)
    u too, my wonderful mom xoxo

    BalasHapus
  3. owhhhhhh god ! this shook me off :) i can't talk too long,.. what should i write ! like im speechless dude:)

    BalasHapus
  4. thank jhanna, i never think if i can make all my friends suprise with this post, i wrote it without cry, but i'm sad

    BalasHapus
  5. yeahh.. i know how it feel.. no more words .. and just no more :)

    BalasHapus
  6. i've added 1 more new post, wanna check for a while??

    BalasHapus