Small Pencil

What Is Happiness?

Bahagia..

Mungkin kita semua orang di dunia ini mengerti dan mampu mendefinisikan makna dari kata di atas, tapi saya berani bertaruh kalau masih sedikit orang yang bisa merasakan makna sesungguhnya dari kata ‘Bahagia’..

Beberapa orang di dunia ini mungkin berkata kalau bahagia bisa didapatkan kalau kita mampu membangun keluarga sendiri, memiliki anggota keluarga kecil dan menjalani keluarga itu tanpa suatu kesalahan. Tapi pernahkah kita berpikir kalau itu sebenarnya bukanlah kebahagiaan yang sesungguhnya.


Pikirkan ketika anda belum memiliki cukup uang untuk membangun keluarga tersebut, apakan anda bisa membangun keluarga yang sempurna? Pikirkan pula ketika anda memiliki anugerah Tuhan, yaitu beberapa anak kecil yang lucu dan menggemaskan, yang ketika saatnya mereka beranjak dewasa, mereka menuntut kebebasan yang berlebihan dan bahkan mungkin seorang bijak sekalipun bingung ketika dihadapkan dengan kemauan mereka.

Ada pula yang mengartikan kebahagiaan dengan berjuta keinginan yang hanya dalam hitungan beberapa jam atau bahkan detik sekalipun ada seketika di depan mata mereka. Ya, kebahagiaan yang berarti harta. Tapi setidaknya itu hanyalah pikiran pendek seseorang yang memang belum mengerti arti bahagia yang sesungguhnya. Mungkin dengan memiliki harta kita bisa senang, saya bisa menjawab iya. Namun, apa kesenangan itu mampu berevolusi maknanya menjadi kebahagiaan? 

Seberapa menggunungnya harta kita masih belum mampu membahagiakan kita sepanjang umur kita. Harta mungkin hanya bisa menarik urat leher kita untuk tertawa lepas, tapi itu hanya beberapa saat. Dan ketika kita dipertemukan dengan kesempatan dimana kita jenuh dengan semua itu, saya rasa kita akan meminta Tuhan untuk menarik semua pemberianNya dan ditukar dengan apapun yang benar-benar membuat kita tertawa lepas seumur hidup kita.

Jadi, sebenarnya apa arti dari kata ‘bahagia’ yang lebih tepat?

Saya masih belum yakin untuk menjawab pertanyaan itu, tapi mungkin saya hanya bisa menjabarkan secara luas makna yang terkandung dari kata tersebut. Cinta. Sebuah kata yang simple dan lugas. Bermakna luas dan kata terindah yang bisa terucap dari seorang manusia kepada manusia lain.

Pandangan saya dengan kata cinta sendiri ialah sebuah awal dari revolusi kebahagiaan. Cinta sendiri bukan hal yang langka yang bisa ditemui di kehidupan kita, namun ini menjadi hal yang sangat sulit didapatkan ketika kita ‘hidup sendiri’. Lebih kompleks lagi, bahagia yang membutuhkan cinta bisa direalisasikan ketika disekeliling kita ada rasa kasih sayang dan terlebih rasa nyaman dengan seseorang atau beberapa orang atau bahkan beberapa kelompok orang.

Bayangkan disaat kita terbangun di pagi hari, membuka pintu kamar, dan menemukan bahwa kita sendiri di dalam rumah. Saya pastikan hari itu adalah hari dimana kita memulai kehidupan dengan tidak tersenyum. Atau mungkin yang bisa bertahan dengan keadaan itu harus menerima keadaan disaat keluar rumah dan dunia benar-benar kosong tanpa kehidupan.

Ya, membangun sebuah kehidupan sosialisasi menjadi sangat amat penting untuk mendapatkan cinta dan mewujudkan kebahagiaan. Kita akan tersenyum ketika ada seseorang mencium kening kita dan mengucapkan selamat pagi ketika kita bangun, dan tiba saat kita ingin beranjak memulai aktifitas, ada seseorang yang berkata, “hati-hati di jalan..,” atau hanya sekedar isyarat melambaikan tangan.

Cobalah kita memulai untuk berkata cinta kepada orang-orang di sekeliling kita, atau mungkin hanya menanamkan kata tersebut untuk direalisasikan. Dan saya jelaskan sekali lagi, ‘cinta’ memiliki banyak makna. Contohnya, ketika kita memiliki teman-teman yang peduli dengan kita, saat itulah kita terapkan cinta kepada mereka. Seketika itu mereka bukanlah teman lagi dalam hidup kita, lebih dari itu, berubah menjadi sahabat. Perasaan nyaman pasti akan muncul ketika kita berada sangat dekat dengan sahabat kita. Perasaan itu dimana saya mengartikannya menjadi bahagia.

Saya sendiri baru berhasil menjalani kebahagiaan dengan membangun sebuah hubungan yang sangat intim hanya dengan sahabat-sahabat saya. Ketika saya ada dimana titik terberat harus saya lewati, sahabat-sahabat saya bersedia menjadi telinga. Ketika saya kebingungan untuk keluar dari titik terberat tersebut, mereka bersedia menjadi solusi-solusi baik. Bukanlah hal yang baru ketika itu semua saya dapatkan dari mereka, saya tersenyum. Senyum itu sendiri adalah awal kebangkitan saya dan bahagia karena telah lega.

Mungkin saya bukanlah seseorang yang andilnya dalam dunia ini sangat penting, atau mungkin bermilyar-milyar penduduk dunia memandang sebelah mata terhadap saya. Namun, saya bisa menyarankan cara jitu di atas untuk dilakukan di kehidupan anda. Saya hanya berhasil meraih kebahagiaan tersebut dengan sahabat-sahabat saya, tapi tidak menutup kemungkinan saya mungkin bisa lebih mendapatkan cinta dari orang-orang selain sahabat saya. Seperti orang tua atau guru kita sekalipun.

Jadi, cobalah untuk mencari kebahagiaan itu sendiri, yang datang dari sekitar kita, bukan dalam bentuk barang yang memuaskan, tapi dalam bentuk cinta yang hanya bisa dirasakan.

Perasaan dipedulikan, perasaan dimengerti, perasaan memiliki, dan kasih sayang yang besar yang membuat diri kita bahagia..



In The Name Of Happiness,



Rony Max Steven

4 komentar:

  1. Great....I don't know what to say.. It's true..

    BalasHapus
  2. Thanks Maria, i just share what i've felt along my age :)

    BalasHapus
  3. sama kali ron.... along your age? loe kira gw umur berapa???hihi

    BalasHapus